topbella

Jumat, 23 September 2011

KANG MAS KU SING NGGANTHENG


Harusnya menyambut lebaran iedul fitri dengan hati senang, gembira,.. tapi entah mengapa selama bulan Romadhon tahun ini kok perasaanku sedih, sumpek, enggak enak saja. Ditambah lagi kondisi badanku yang kurang fit, untuk ibadahnya sih Alhamdulillah tetap semangat, tapi entah hati ini kok merasa tidak seperti biasanya.
Mungkin karena kangmasku lagi sakit, yang waktu itu harus cuci darah seminggu sekali dan kondisi kesehatannya tambah menurun dari hari ke hari. Iya,, mungkin karena aku selalu memikirkan itu, jadi hatiku selalu sedih.
Ketika sholat lail  sepuluh hari terakhir, selalu kupanjatkan doa untuk kesembuhannya di dalam doa qunutku, demikian juga saat malam 27, aku menangis memohon kepada Allah diberikan yang terbaik untuk kangmasku, karena tadi pagi aku mendapat SMS dari ibu mengabarkan kalau Mas Pung muntah muntah dan kondisinya makin menurun, ku besarkan hati Ibu, yang sabar, dan selalu mendoakan untuk kesehatan kangmasku, padahal hatiku makin sedih dan resah, tapi saat selesai berdoa di malam lailatul qodar tersebut, dalam hatiku ada keihlasan, apapun yang terjadi saya ihlas, itu yang membuat aku agak semangat.
Jujur,,, saat menerima sms dari Ibu, aku ingin segera pulang ke solo, tapi pasti suami tidak setuju, karena terlalu lama meninggalkan rumah, dan kasihan yang keponakanku yang menunggu rumah, aku bersabar dan selalu berdoa mudah mudahan di beri yang terbaik.
Malam 28 aku sekeluarga melakukan perjalanan ke solo, berangkat dari rumah jam setengah 10 malam dan alhamdulillah dalam perjalanan walaupun padat, tapi lancar. Sampai di Solo jam setengah 4 pas waktunya sahur. Setelah bersalaman dengan ibu dan saudara saudara, aku langsung masuk ke kamar kangmasku melihat kondisinya, alhamdulillah dia masih ingat dan masih bisa menyapa aku sekeluarga, malah masih ikut duduk duduk di meja makan menemani makan sahur kita. Aku keluarkan oleh oleh specialku untuknya yaitu Udang goreng, dia makan dengan lezatnya.
Hari Minggu siang saat hendak keluar ke Beteng, mas Pung pesen minta oleh oleh apapun, pokoknya oleh oleh, karena dia ingin makan Es cream, jadi aku niat akan ku belikan es cream biar senang, dan kebetulan parkirnya deket dengan bakso klewer, jadi ku belikan bakso klewer khusus untuknya, karena yang lain masih puasa. Jadi sampai rumah langsung aku ke kamarnya membawa es cream dan bakso klewer, dia mau makan es cream nya dulu baru baksonya. Es dimakan habis, dan baksonya hanya dimakan 2 butir, karena barusan habis makan tahu kupat dan hampir habis sebungkus, karena akhir akhir ini Mas pung  nggak ada selera makan, jadi semua senang saat melihat selera makannya naik, dan berharap akan kesembuhannya, mungkin karena adik adik dan keponakannya sudah datang semua dan ngumpul, dia ikut seneng, ikut duduk duduk di ruang tamu walaupun hanya mendengarkan cerita cerita.( selama gagal ginjal memang mas pung malas ngomong, mungkin dia sudah capek mengeluarkan energi untuk ngomong, karena energinya sudah terkuras di saat sesak nafasnya kambuh). Tapi kalau di tanya dia menjawab secukupnya saja.
Ketika saatnya berbuka, Mas Pung ikut duduk duduk di meja makan sambil makan batagor dan tempe goreng, walau hanya sepotong. (aku yakin, kalau sehat pasti dia akan kalap seperti kita kita yang sehat , batagor 4 potong, gorengan  2 potong, buah, nasi..ampun dech.. balas dendam)
Karena semalam di jalan  nggak tidur dan pagi habis subuh hanya tidur sebentar, habis sholat jama’ maghrib isya, aku tidur duluan udah nggak kuat melek lagi. Anak anak ku pesan agar sholat tarawih berjamaah . Aku terbangun jam 2 tengah malam ingat belum sholat tahajud, jadi aku ambil air wudlu, saat itu kulihat Ibu belum sare, ketika ku tanyakan, ibu cerita kalau mas pung jam setengah 1 tadi anfal, buang airnya darah semua, setelah diminumin obat Alhamdulillah berhenti pendarahannya dan sekarang sudah bisa tidur, tapi Ibu belum bisa tidur karena sedih dan mikir tentang kesehatan mas Pung, ku lihat  mas pung di kamarnya kok alhamdulillah enak tidurnya, dan subuh masih bisa bangun untuk sholat jamaah, kemudian tidur lagi.
Jam 9 pagi ku dipanggil mbak any untuk membantu mas pung ke kamar mandi, saya kira dia mau buang air besar, ternyata dia mau mandi, padahal waktu itu sesak nafasnya kambuh, maka kusarankan mandinya nanti saja kalau sesak nafasnya sudah reda, sekarang ganti baju saja dan dilap, dia nurut, maka aku ganti bajunya dan ku baringkan lagi dan ku pasang oksigen agar membantu pernafasannya biar agak longgar. Dia tertidur lagi, mungkin pengaruh obat yang diminumkan tadi pagi. Sekitar jam satu, aku keluar ke Fajar indah ke rumah adikku bersama Lia, Nindi, Irin, para keponakanku yang saat itu tidak tidur siang, dengan tujuan membantu Yoyok menyiapkan masakan yang akan kita pakai untuk buka puasa sore nanti, Seperti biasa ditahun tahun sebelumnya, buka puasa terakhir seluruh keluarga dikumpulkan dari anak cucu bani Masyhud Ridhwan, untuk berbuka puasa bersama, jamaah sholat maghrib, isya, kemudian Yangti ( ibuku ) memberi tausiah kepada anak cucunya, dan acara yang paling ditunggu tunggu cucu cucunya yangti adalah pembagian rezki dari Yangti ke anak cucunya.
 Selama di Fajar Indah dirumah adiku, hatiku sudah nggak enak, aku minta jam 3 sore sudah harus pulang dari Fajar Indah, Jam setengah 3 masakan matang, setelah sholat ashar kita pulang ke rumah, sebelum pulang, ambil pesanan martabak, jadi sampai dirumah sekitar jam 4 sore, sampai rumah aku langsung menuju kamar belakang, entah kok saat itu aku kepingin ngintip Mas Pung dulu, ternyata perasaanku benar, mulai jam 3 tadi mas Pung anfal, kambuh sesek nafasnya, dan habis buang air darah lagi, mbak any langsung minta tolong ke aku untuk menuntun( talqin ) dengan bacaan Allah..  nafasnya yang tersengal sengal dengan mengucap Allah nafasnya jadi teratur mengikuti lafath Allah...Allah...Allah...dst, terus menerus aku tuntun dengan membaca Allah, Alhamdulillah dia mengikuti walaupun kurang jelas ucapannya, dan sesak nafasnya mulai berkurang, aku lap keringat dinginnya,saat itu di tensi sama ibu, tekanan darahnya bagus, jadi saya pikir ini hanya anfal biasa dan nanti akan berhenti seperti biasanya.
Kurang lebih setengah jam berlalu, nafasnya mulai enak, tidak begitu tersengal sengal seperti tadi, tetapi tangan dan kakinya dingin, jadi aku selimutin, suamiku masuk kamar membisiki aku agar mentalqinnya dengan membaca Laa ilaaha illallah saja, biar dia rekam diotaknya, walaupun tidak bisa mengucapkan tapi insya Allah hatinya bisa menirukan kata suamiku, jadi aku turutin perintah suamiku sambil aku lap keringat dinginnya, tiba tiba mas pung mengangkat kedua tangannya ke atas, aku bersyukur dan husnudhon, Alhamdulillah sudah bisa mengangkat kedua tangannya, aku minta bibuatkan air hangat yang  sangat manis akan aku minumkan, karena dari suara nafasnya seperti orang haus, dan agar tangan dan kakinya tidak dingin, aku sempat meminumkan 2 sendok air manis, dan 1 sendok sari kurma, kemudian tangannya aku letakkan lagi di dadanya, sambil terus ku bisikkan ditelingannya kalimat Laa ilaaha illallah, dia membuka matanya, melirik ke arahku dan tersenyum, Ya Allah saat itu aku lega, aku pikir mas Pung sudah merasakan enak, jadi mas Pung tersenyum. Kemudian dia memejamkan matanya dan menangis.. ya, aku melihatnya dia menangis, aku lap air  matanya.
Aku minta tolong ke suami untuk bergantian mentalqinnya, diposisi telinga sebelah kiri, karena posisi badan agak membungkuk, jadi agak pegel juga, sementara aku pindah posisi naik keatas kasur untuk membisiki di telinga kanan bergantian dengan suamiku, saat itu telapak kakinya di gelitikin mbak Any dan mas Yan nggak ada reaksi geli, mbak any sudah curiga. Sementara aku enggak curiga sama sekali, hanya dalam hatiku sudah dari awal kutanamkan bahwa apapun yang terjadi aku harus ihlas pasti semua akan kembali kepada Allah hanya waktunya kapan kita tidak tahu, tapi saat itu aku msh berharap akan membaik dan kembali sehat. Padahal dalam hati suamiku, mbak titut, n mbak any pun sudah melihat tanda tanda udah mau naza’. Mbak titut pun tidak berani mendekati mas Pung,  karena dia masih trauma dengan meninggalnya suaminya yang sewaktu naza’ nafasnya juga seperti itu, jadi dia  hanya melihat dari balik jendela.
Suamiku menuntun dengan suara pelan, sabar, tartil,...
Tiba tiba nafasnya seperti ada yang menarik  sedikit dan hilang........
Innalillahi wa inna ilaihi roji’un.... kangmasku akhirnya menghadap yang kuasa sekitar 35’ lagi waktunya berbuka  terakhir, karena malamnya malam takbiran. Semua telah berkumpul , Ibu, adik adikmu,  keponakan keponakanmu mengantar kepulanganmu keharibaan Allah swt, semua ikhlas, karena kami yakin itu  jalan yang terbaik untukmu mas, mengingat sudah sangat banyak dan lama penderitaanmu menahan sakit, tapi di balik itu semua, bila kita ihlas dan sabar menerima dan menjalani ujian Allah, insya Allah dengan  sakitmu akan mengurangi dosa dosamu.Kami sudah berusaha memberikan yang terbaik untukmu baik dari segi pengobatan dan perawatan, semua yang engkau inginkan Alhamdulillah sudah terpenuhi. Isyarat matamu terakhir dan senyumanmu terakhir aku isyaratkan bahwa kamu titip keluargamu, insya allah mas, dalam hati ibu, mas didik, dan adik adikmu semua akan selalu menjaganya dan selalu berupaya agar keluargamu menjadi keluarga sakinah, mawaddah wa rohmah, istrimu menjadi istri yang sholihah, anak anakmu menjadi anak yang sholeh sholehah, agar semua bisa berkumpul di Jannah. Insya Allah, Amien.
Malam itu juga jenazah dimakamkan, setelah dimandikan dan disholati di masjid sebelah. Alhamdulillah banyak keluarga yang bertakziah dan mensholatkan. Jadi walaupun kami kehilangan, tapi dari  jalannya sampai terakhir ke pemakaman semua berjalan lancar dan jalannya bagus. Udah mas, selamat jalan, mudah mudahan dan insya Allah khusnul khotimah, kami semua akan selalu mendoakanmu. Amien.

0 komentar:

Posting Komentar

About Me

Foto Saya
Syaifiani Nuraida
Lihat profil lengkapku