Subhanallah... bener nggak nyangka kalau anakku bisa ngarang tugas sampai 3 halaman, jazakallah buat guru bahasa indonesia Smamda, yang telah memberi tugas, jadi mau tidak mau anakku jadi mengarang, dan hasilnya bener bener huebaaatttt.... ayo nak..semangat kamu bisa.
K arya : chumaira amalia fadhilah
X-9/13
Tema : seorang anak yang sedang murung
Kebahagiaan yang tertunda
Haaai, namaku Thira, sekarang aku duduk di bangku SMA. Di SMA sekarang ini beda dengan waktu SMP dulu dan aku juga harus berubah jadi yang lebih baik lagi di masa yang akan datang *hehe*. Waktu masa Orientasi Siswa (MOS), aku satu kelompok dengan Nasya dan Nayla. Nasya adalah salah satu siswa yang terkenal karena kepintarannya, anaknya juga baik, ramah dan asyik. Kalo Nayla itu anaknya asyik, baik, rame lah pokoknya.
Pagi itu, Nasya terlihat sedih. Tidak seperti biasanya, Nasya yang disekolah selalu gembira, tiba-tiba menjadi murung seperti itu. Untuk menghilangkan rasa penasaranku, akhirnya aku membuka pembicaraan dengan Nasya pada waktu istirahat, disana juga ada Nayla.“Sya, kamu kok kelihatan sedih hari ini? apa ada masalah? cerita aja deh sama aku, sapa tahu aku bisa bantu” kataku.“Hmm, nggak papa kok Ra, aku lagi nggak mood aja sekarang” kata Nasya sambil tersenyum.“ya udah deh kalo gitu, kalo ada masalah cerita aja sama aku” kataku lagi. Sepulang sekolah aku menunggu Nasya di depan kelasnya sambil membaca komik favoritku yang sering ku bawa ke sekolah. Beberapa menit kemudian Nayla teman sebangku Nasya terlihat sendirian keluar dari kelasnya. Langsung ku panggil “La .. kok kamu sendirian? biasanya keluar bareng sama Nasya” kataku. “oh iya, nggak tau tuh si Nasya tadi pulang duluan. Katanya sih dia udah dijemput sama kakaknya” kata Nayla. “heem gitu ya, pulang bareng yuk, nggak ada temen nih” kataku. “ayooo ..” kata Nayla.
Sesampainya dirumah, aku langsung membersihkan diri, lalu menuju ke ruang tamu. Disana sudah ada Mama, Papa dan adik-adikku. Mereka membicarakan tentang sekolah adikku yang paling kecil. Adikku ada 2, yang satu umur 10 tahun dan satunya lagi baru berumur 3,5 tahun. Dua-duanya usil banget, nggak bisa diem. Paling kalo lagi tidur aja baru diem. Biasanya kalo udah ngumpul gini mereka yang selalu ribut nggak bisa diem, maklum ya, anak laki laki, jarang banget ngeliat adik-adikku akur, hampir nggak pernah malah. Dari pada aku sebel lihat tingkah adikku dan kupingku panas densssger teriak-teriakannya, mending aku main ke rumah Nasya. Langsung saja aku izin mamaku, ”Maa, aku ke rumahnya Nasya ya, deket-deket sini aja kok ma” kataku sambil merayu. “ya sudah sana, tapi jangan pulang terlalu malem, maghrib di rumah ya” kata mamaku. “siip, ma.. dadaaa ... assalamualaikum” kataku.”iya, waalaikum salam..” kata papa-mamaku sambil tersenyum.
Yee, akhirnya terbebaskan dari kenakalan adik-adikku. Setelah sampai di depan rumah Nasya, langsung ku ketuk pintunya dengan pelan, “assalamualaikum ..”. “waalaikumsalam..ada jawaban dari dalam rumah, dan muncul lah seorang ibu yang cantik, modis, aku yakin itu mamanya Nasya, karena mukanya mirip sekali dengan Nasya, “ maaf dek , mau nyari siapa ya?”kata mama Nasya. “ada Nasya nya tante? ” kataku. “oh, temennya Nasya ya? ada kok nak. Masuk dulu, nanti tante panggilin”. “Nasyaa... turun nak, ada temenmu ini loh” kata mamanya sambil sedikit berteriak. “iya maa, sebentar..” kata Nasya singkat. Beberapa menit kemudian keluarlah Nasya, “loh,Thira.. mimpi apa nich? tumben kamu ke rumahku? kangen aku ya?” kata Nasya sambil bercanda. “hahahaha, iya nich kangen kamu ” kataku. “kamu tau alamatku dari siapa?dari Nayla?” kata Nasya penasaran. “ya nggaklah, aku kan masih nyimpen daftar nama waktu MOS dulu, disitu kan ada alamatnya juga” kataku. “ Oh masih kamu simpen? punyaku malah sudah hilang ,hehehe ..” katanya sambil tersenyum. Dia mengajakku masuk ke kamarnya. “ayoo, masuk aja.. nggak papa kok”. “iya, makasih, Eh Sya, boleh numpang kamar mandinya nggak? Mau cuci kaki nich tadi kena becek di jalan” kataku. “boleh, ayo sini tak anterin” kata Nasya.
Sesudah dari kamar mandi, kami langsung masuk ke kamarnya. Dia menunjukkan foto-fotonya, disitu ada foto Nasya bersama seorang Bapak-bapak. Sewaktu kutanyakan sesosok laki-laki yang ada di foto itu kepada Nasya. “Syaa, ini Papamu ya?” kataku. “iya,itu papaku,” katanya sedih. Aku lagi sedih nich, soalnya Papaku sudah 2 hari ini nggak pulang ke rumah lagi,“loh,kok bisa? ”kataku penasaran. “kejadiannya sudah seminggu yang lalu, waktu itu aku baru pulang sekolah dan di jemput sama kakakku. Baru sampai di depan rumah, aku mendengar pertengkaran antara papa dan mamaku. Aku paling nggak suka sama yang namanya pertengkaran, apalagi yang bertengkar mama dan papaku sendiri. Nggak tau gara-gara apa mereka bertengkar” katanya. “2 hari setelah kejadian itu, papa mamaku memberi tahu kalau mereka sudah bercerai. Setelah mendengar berita itu, aku jadi sedih dan nggak konsentrasi lagi, aku nggak diberi kesempatan untuk protes dan membatalkan masalah ini” katanya sambil bersedih. “oh, berarti belakangan ini kamu sedih gara-gara masalah ini? ” kataku sambil mengelus pundaknya. Aku menambahkan, “bahwa semua mungkin sudah takdir dari Allah bahwa perkawinannya hanya sampai sekarang, walaupun mereka bercerai tapi mereka tetap orang tua kita, jadi kita tidak boleh membencinya, walaupun mereka berpisah rumah, kan kamu masih bisa mengunjunginya, sebagai anak kita hanya bisa bersabar Sya, jadi sabar aja ya, doakan saja, walaupun mereka tidak bersama, tapi mereka tetap rukun dan masih bisa bersama sama mendidik kamu dan kakakmu” kataku. “Iya, aku juga sudah memikir seperti itu, makasih ya Ra,” kata Nasya sambil menenangkan dirinya. “Aduuuhhh, ini kan sudah mau maghrib... Aku pulang dulu ya Sya” kataku. “oh, iya .. aku anter sampai depan , hati-hati di jalan lho Ra” kata Nasya.
Sesampainya di rumah,aku langsung menuju ke kamar lalu ke ruang makan. Mereka sudah duduk siap disana. Didalam keluargaku sudah tradisi kalo makan malam bersama sambil bercengkrama dengan keluarga. Setelah saling bercerita dengan kegiatan kami tadi, baru aku kembali ke kamar untuk belajar kemudian istirahat.
Besok paginya, aku dengan Nasya sudah janjian setelah pulang sekolah untuk mendengarkan curhatannya kembali. Tadi waktu istirahat ada pengumuman tentang hasil ujian yang di laksanakan kurang lebih seminggu yang lalu. Nilaiku ya lumayan bagus, nggak nyesel juga selama ini belajar sungguh-sungguh *hehe*. Di umumkan juga bahwa hari Sabtu akan diadakan penerimaan raport.
Waktu hari Sabtu aku ikut Mamaku mengambil rapot di sekolah. Kebetulan laporan hasil ujian dilakukan bergiliran, pagi jam 07.00 – 09.00 untuk kelas X1 – X6, dan jam 09.00 – 11.00 untuk kelas X 7 – X 12 , aku dan Nasya kan beda kelas, jadi aku mendapat giliran ambil rapot di jadwal yang pertama, sedangkan Nasya di jadwal yang ke 2.
Hasil rangking prestasi belajar di tempel di pintu kelas masing masing, iseng iseng aku cari nama Nasya Apriliany. Aku kaget dan tak percaya kalau peringkat Nasya ada di urutan 24 dari 35 siswa sekelasnya, karena menurut cerita dia dan aku melihat sendiri bahwa nilai nilai raport Nasya sewaktu SMP termasuk bagus, dan sekolah asal Nasya termasuk SMP favorit di kotaku. Aku merasa kasihan dan teringat perkataan Nasya kemaren malam, tentang masalah perceraian kedua orang tuanya yang ternyata berpengaruh terhadap nilai nilai Nasya.
Aku turut sedih mendengarkan permasalahan yang dia alami akhir-akhir ini, aku juga menceritakan permasalahan Nasya ini ke mamaku. Mendengar cerita tentang Nasya, mamaku menaruh iba dan memberikan saran agar aku bisa membesarkan hati dan perasaan Nasya. Pada saat pengambilan raport aku sengaja meminta mamaku untuk menunggu sampai selesai, karena aku ingin mengenalkan mamaku dengan mamanya Nasya. Rencananya sih mamaku mau mencoba bicara baik-baik tentang pengaruh perilaku Nasya semenjak orang tuanya bercerai, yang nilainya mulai menurun, sekarang lebih sering melamun, nggak konsen waktu pelajaran. Mudah-mudahan rencananya ini berhasil dengan baik sesuai rencana.
Ternyata Nasya mempunyai ide agar ke dua orang tuanya bisa hadir di sekolah untuk mengambil raportnya. Nasya mencoba menghubungi nomer hp Papanya , dia bilang ke papanya kalo penerimaan raport hari ini harus dihadiri kedua orangtuanya. Nasya terpaksa berkata seperti itu agar kedua orangtuanya bisa datang berdua. Nasya hanya ingin melihat kedua orangtuanya rukun seperti dulu atau meskipun mereka bercerai tetapi tetap menjalin silaturrahmi yang baik. Pada waktu yang bersamaan pula papa mamanya datang. Ketika mereka berdua berjalan bersama untuk memasuki sekolah tersebut. Mereka dikagetkan dengan sesosok anak kecil tanpa dosa yang berkata “bapak dan ibu persis seperti kedua orang tuaku, sayangnya mereka sudah meninggal ketika mencari kerja”. “beruntung sekali ya kakak-kakak yang mempunyai orangtua seperti mereka berdua” kata anak kecil itu. Mama dan papa Nasya pun mulai terketuk pintu hatinya mendengar perkataan anak tersebut. Setelah peristiwa tersebut akhirnya papa dan mama Nasya ingin rujuk kembali. Meskipun tidak sesuai dengan rencana sebelumnya. Dan dari situlah kebahagiaan mulai terpancar dari wajah Nasya dan keluarga besarnya.
-TAMAT-
0 komentar:
Posting Komentar